INFEKSI pada bayi baru lahir ada dua tipe yaitu early infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi terlambat). Disebut infeksi dini karena infeksi didapat dari si ibu saat masih dalam kandungan. Sementara late infection adalah infeksi yang didapat dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular oleh orang lain. Beragam infeksi bisa terkena pada bayi baru lahir, seperti, herpes, toksoplasma, Rubella, CMV, hepatitis, eksim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan HIV/AIDS.
Herpes (HSV)
Menurut dr TB Firmansyah B Rifai SpA, Direktur Medik dan Keperawatan, RSAB Harapan Kita, virus herpes terdiri atas dua jenis, yakni herpes simpleks tipe 1 dan herpes simpleks tipe 2. Herpes simpleks tipe 1, umumnya menginfeksi di dalam dan di sekitar mulut. Sedangkan herpes simpleks tipe 2, biasanya pada genital (alat kelamin) sehingga disebut pula herpes genitalis.
"Herpes genitalis pada mulut rahim yang acap kali tanpa gejala klinis bukanlah ancaman ringan, apalagi bagi wanita hamil," jelasnya.
Firmansyah mengatakan, HSV-2 bisa mempengaruhi kondisi kehamilan maupun janin atau bayinya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trisemester II bisa terjadi kelahiran prematur.
"Jika herpes genitalis mengenai seorang ibu dan pada saat persalinan sedang kambuh, berisiko menular ke bayi yang dilahirkan ketika proses persalinan," tambahnya.
Bayi yang terkena HSV-2 akibatnya pun beragam mulai dari lesi hingga mikrosefali (kepala kecil), atau hidrosefali (busung kepala), radang pada mata, radang otak (ensefalitis), serta erupsi kulit yang menyeluruh.
"Kira-kira satu dari seribu bayi yang lahir dari ibu dengan herpes genitalis berisiko tertular herpes. Jika tidak diobati, 50-80 persen bayi yang lahir dengan herpes bawaan ini akan meninggal.
Penularan pada bayi sebagian besar (90 persen) terjadi saat proses kelahiran, 5 persen pada janin melalui plasenta atau langsung mengenai fetus (janin). Selebihnya, 5 persen, infeksi HSV-2 diperoleh sehabis masa persalinan," paparnya panjang.
Menurutnya lagi, kontak lama dengan cairan terinfeksi, dapat meningkatkan risiko bayi tertular. Maka, pada wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer, dalam enam minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk menjalani bedah cesar sebelum atau dalam empat jam sesudah pecah ketuban.
Kecuali itu, lanjutnya, tindakan bedah cesar akan dilakukan pada wanita dengan perkembangan virus pada saat atau hampir melahirkan. Kendati begitu, bedah cesar memang tidak selalu dilakukan pada wanita pengidap herpes genitalis kambuhan.
Untuk menjamin kepastiannya, perlu dilakukan pemeriksaan virus dan darah mulai usia kehamilan 32-36 minggu. Selanjutnya, setidaknya tiap minggu dilakukan kultur sekret serviks dan genital eksternal. Bila kultur virus yang diinkubasi minimal empat hari memberikan hasil negatif dua kali berturut-turut, serta tidak muncul lesi genital saat melahirkan, persalinan normal bisa dilakukan.
Cara Mengatasinya
Infeksi herpes simpleks pada bayi yang baru lahir memang sangat mengkhawatirkan dan memberikan prediksi akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya, pengobatan selama ini mampu menurunkan angka kematian, demikian juga mencegah progresivitas penyakit berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau infeksi diseminata (penyebaran ke bagian tubuh lain).
Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis dilakukan secara beragam, di antaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur virus, fungsi hati dan cairan serebrospinalis (otak), selain pengawasan ketat selama bulan pertama kehidupannya.
Eksim
Berbeda dengan kulit dewasa yang tebal dan mantap, kulit bayi relatif tipis dengan ikatan antarsel yang longgar. Karena itu kulit bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
"Orangtua perlu memerhatikan perawatan kulit bayi yang berhubungan dengan beberapa penyakit kulit tertentu. Misalnya saja eksim popok, yaitu kelainan kulit yang timbul akibat radang di daerah tertutup popok," jelas dr TB Firmansyah B Rifai SpA, Direktur Medik dan Keperawatan, RSAB Harapan Kita.
Menurutnya, penyakit kulit pada bayi dan balita ini banyak dikeluhkan orangtua. Penyakit ini umumnya timbul pada lipatan-lipatan kulit paha, di antara kedua pantat, dan dapat menimpa di bagian kulit lain. Bagian tertutup popok mudah mengalami peradangan karena kulitnya hangat dan lembap serta peka terhadap bakteri serta senyawa yang dapat mengiritasinya.
"Eksim popok dapat dicegah dengan cara mengganti popok sesering mungkin setiap kali popok basah. Sebaiknya kain popok terbuat dari bahan lembut dan cara pemakaiannya tidak terlalu ketat agar kulit tidak tergesek. Penggunaan celana plastik sedapat mungkin dihindari," sarannya.
Menurutnya, eksim popok juga bisa muncul karena adanya zat-zat tajam, yang biasa ada dalam feses bayi, yang menimbulkan peradangan di sekitar anus. Bercak seperti ini umumnya terjadi bila si bayi diare. Penanggulangannya bisa dilakukan dengan mengganti popok setiap kali terasa basah.
Popok yang basah bisa pula menimbulkan bercak yang tidak berpusat di sekitar anus. Ini terjadi karena reaksi antara zat di dalam ompol dengan zat di faeces dan menghasilkan amonia yang merangsang kulit bayi.
"Penanggulangannya bisa dengan mengganti popok sesering mungkin. Bila dalam 10 hari belum ada kemajuan, atau malah makin memburuk, ada kemungkinan kulitnya sudah terinfeksi candida -jamur yang biasa muncul di usus. Segera periksakan ke dokter," kata dr Firmansyah.
Eksim Susu
Keluhan gangguan kulit lain pada anak yang banyak ditemui adalah dermatitis atopik (eksim susu). Penyakit eksim susu biasanya sangat gatal. Tampak dari seringnya bayi menggaruk, gelisah, serta rewel.
"Kulit terlihat kemerahan dan terdapat gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih. Bila pecah akan tampak basah kemudian mengering dan menjadi koreng kekuningan atau kehitaman," jelas dr TB Firmansyah B Rifai SpA.
Menurutnya, eksim ini terdapat pada kulit daerah tertentu sesuai dengan usia anak. Misalnya pada bayi banyak ditemukan di daerah pipi, sedangkan pada anak di daerah lekukan lengan dan kedua lekukan lutut. Di luar daerah tersebut kulitnya kering dan bersisik.
"Penyebab penyakit ini sangat kompleks, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam tubuh, yaitu faktor keturunan, maupun lingkungan, misalnya debu, udara panas, dan kelembapan. Karena itu perawatan kulit yang paling penting adalah mencegah kulit agar jangan kering," tutupnya.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar