Sistim sirkulasi darah kita berpusat di jantung dan diteruskan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah adalah hasil pengukuran kerja jantung yang memompa darah serta respon pembuluh darah arteri di seluruh tubuh tersebut. Pada pengukuran tekanan darah akan terdapat dua angka yang biasa disebut dengan tekanan sistolik atau angka bilangan dan tekanan diastolik atau angka penyebut.
Tekanan darah dibuat dengan normal akibat regulasi yang baik antara sistem saraf, hormon, fungsi ginjal, serta kondisi jantung dan pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah yang normal adalah sekitar kurang dari 120/80 mmHg. Jika tekanan sistolik lebih dari 120 tapi belum sampai 140 mmHg, akan berisiko terkena hipertensi.
Secara alami menurut dr Tiara SpS dari Departemen Neurologi FKUI ini, semakin tua usia kita, semakin akan terjadi perubahan-perubahan pada sistem jantung dan pembuluh darah, sehingga tekanan darah akan cenderung meningkat. Biasanya pada usia 30-50 tahun.
Hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian. Hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, antara lain, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dan faktor genetik. Sementara hipertensi sekunder sendiri dapat diketahui. Sekitar 5-10 persen penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal.
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositorma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinetrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Stres, obesitas, alkohol, atau garam yang ada pada makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang yang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Pengobatan biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat, seperti Diurelic (Tablet Hydrochlorothiazide) yang merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh lewat urin. Kemudian Beta-blockers, yaitu obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pengontrolan tekanan darah.
Puasa dan Hipertensi.
Banyak penderita hipertensi ragu untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Tapi sebenarnya, sepanjang penyakit hipertensi itu belum memasuki tahap kronis, penderita bisa saja menjalankan ibadah puasa secara aman, asalkan mengetahui caranya.
Serangan hipertensi dapat terjadi bila tekanan darah naik melebihi batas normal sehingga menyebabkan kerusakan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akan tetapi, yang paling berbahaya adalah jika mengenai darah di organ vital, seperti otak dan jantung dan dapat menyebabkan terjadinya stroke dan serangan jantung yang bisa berujung pada kematian. "Pembuluh darah yang paling sering mengalami gangguan adalah di pembuluh darah kecil, seperti pembuluh arteri di mata dan ginjal, saraf-saraf di ujung penglihatan, gagal ginjal, kesemutan, dan impotensi," terang dr Tiara.
Pada prinsipnya, tidak ada masalah bagi penderita hipertensi untuk berpuasa, selama tekanan darahnya terkontrol dan si penderita meminum obat dengan teratur. Obatnya sendiri dapat diminum pada saat sahur dan berbuka puasa, kecuali pada penderita yang mendapat dosis tiga kali per hari dan tekanan darah masih dalam tahap penyesuaian dengan dosis. Penderita hipertensi juga sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi garam makanan yang mengandung garam (asin). Kandungan potasium/kalium suplements potasium 2-4 gram per hari dapat membantu penurunan tekanan darah tinggi.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar