Tindakan Higiene dan Sanitasi untuk Mencegah Infeksi Nosokomial
Kita memahami pengertian sanitasi selama ini sebagai sebuah tindakan terkait dengan lingkungan, sementara higiene terkait dengan tindakan Kesehatan secara personal. Berikut beberapa upaya terkait higiene dan sanitasi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Terkait dengan hal tersebut, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu pengertian higiene dan sanitasi. Beberapa diantarany sebagai berikut:
- Sanitasi adalah suatu upaya pengawasan faktor-faktor lingkungan fisik manusia (ruang, peralatan-peralatan, dan lain-lain) yang mempunyai atau mungkin mempunyai pengaruh terhadap perkembangan fisik manusia, Kesehatan maupun kelangsungan hidupnya (Siswanto, 2002).
- Higiene adalah kebersihan perorangan, secara kumunal didifinisikan pemeliharaan Kesehatan masyarakat dengan penyediaan air bersih, sanitasi yang efisien, pemelihaaan rumah yang baik, dan lain-lain. Personal hygiene adalah kebersihan perorangan, tindakan perorangan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dirinya sendiri untuk menuju sehat (Hartono, 2002).
- Higiene adalah suatu ilmu tentang pengenalan, evaluasi, dan pengontrolan gangguan Kesehatan dalam suatu lingkungan tertentu dengan tujuan agar dapat diperoleh taraf Kesehatan yang maksimal (Setyawati, 2004).
Pemeliharan ruang bangun dan peralatan non medis yang baik dapat mencegah penularan penyakit yang ditularkan melalui udara seperti influenza, TBC, batuk-batuk, campak, dan melalui alat-alat non medis seperti: infeksi pada luka bakar, luka operasi. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu dijaga kebersihannya. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu sedapat mungkin dihindari. Dianjurkan untuk selalu menggunakan pembersihan cara basah dengan menggunakan kain pel yang tepat dengan antibiotik yang sesuai.
Sanitasi ruang bangun dan peralatan non medis dimaksudkan untuk menciptakan kondisi ruang dan konstruksi serta pengaturan peralatan non medis yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit disamping juga dapat memperkecil kemungkinan rusaknya sarana dan peralatan. Kondisi ruang dan konstruksi dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan pengaturan pengisian/penggunaan ruang. Bakteri dan virus dapat berada di udara ruang akibat pemeliharaan ruang dan bangun yang tidak memadai.
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit dan mampu meminimalisasi kontaminasi silang, misalnya dari petugas Kesehatan ke pasien, atau sebaliknya. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi. Beberapa hasil studi memperlihatkan kemungkinan besar penularan penyakit infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya dapat melalui tangan petugas. Banyak penelitian lain menyimpulkan bahwa Kesehatan dan kebersihan tangan dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi nosokomial.
Menurut Tietjen (2004), selama bertahun tahun, para perawat dan dokter secara bersungguh-sungguh mengkaji dan menulis mengenai masalah tersebut. Berbagai laporan telah mencatat efektifitas tindakan cuci tangan dan prosedur Kesehatan dan kebersihan tangan lainnya dan mengungkapkan bahwa cuci tangan dan penggunaan sarung tangan adalah cara yang menghemat biaya untuk masalah infeksi nososkomial yang ditularkan oleh petugas Kesehatan terus meningkat secara global.
Bentuk personal higiene sendiri menurut Setyawati (2004), diadakan dengan berbagai cara yaitu secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Secara promotif personal hygiene diupayakan melalui:
- Pendidikan dan pelatihan
- Penjagaan kebersihan tubuh, penjagaan diri agar selalu sehat, dan tidak menjadi pembawa penyakit (carier)
- Pemakaian pakaian/APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibebankan
- Pemeriksaan awal sebelum tenaga kerja di pekerjakan
- Pemeriksaan Kesehatan secara berkala/periodik dan spesifik
- Menjauhkan diri dari adat kebiasaan yang tidak baik.
Refference:
- Setyawati, L. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3). Kumpulan Makalah Hiperkes Keselamatan Kerja.
- Siswanto, H. 2002. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
- Hartono, A. 2002. Kamus Kesehatan . Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
- Tietjen, L. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar